Skip to main content

Posts

Showing posts with the label properti

Ketika penjualan properti tumbuh tipis di pertengahan 2015

Rendahnya penjualan pada sektor properti sudah dirasakan pengembang dan masyarakat. Sejak awal tahun sampai dengan pertengahan Tahun 2015, rata-rata realisasi target pra penjualan atau  marketing sales  emiten properti masih kurang dari 50%. Dari tujuh emiten properti yang telah berhasil , rata-rata realisasi target  marketing sales  selama semester I 2015 baru mencapai 44,5%. Namun, rata-rata perolehan tersebut bertumbuh 26,8% year-on-year (yoy). Pertumbuhan paling pesat diraih PT Pakuwon Jati Tbk ( PWON ) dengan perolehan  marketing sales  senilai Rp 2 triliun atau 58,8% dari target tahun ini yakni Rp 3,4 triliun. Angka ini tumbuh 78,5% dibandingkan realisasi pra penjualan semester I-2014 yang senilai Rp 1,12 triliun. Pertumbuhan positif juga dirasakan PT Bumi Serpong Damai Tbk ( BSDE ) 25,8%. Pengembangan BSD City ini mencatat marketing sales Rp 3,6 triliun atau 46% dari target Rp 7,5 triliun. PT Ciputra Development Tbk ( CTRA ) tumbuh 22,8%, dengan ...

Benarkah Kepemilikan properti untuk orang asing menguntungkan Indonesia?

Pemerintah Indonesia saat ini sedang akan membuat aturan untuk mengizinkan warga negara asing memiliki properti, apakah hal ini menguntungkan atau merugikan bagi bangsa kita? Kepemilikan warga negara asing (WNA) atas properti di Indonesia masih menjadi polemik. Salah satu alasan WNA begitu diperjuangkan dalam hal ini karena Indonesia terus merugi akibat warga yang lebih memilih membeli properti di luar negeri. Sebaliknya, WNA tidak diizinkan untuk membeli properti di dalam negeri. Namun, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Eddy Ganefo tidak sependapat dengan hal itu. Saat WNA diizinkan memiliki properti di Singapura, misalnya, harga properti menjadi tinggi. Karena warga mengeluhkan hal ini, Pemerintah Singapura pun memberlakukan kebijakan untuk mengerem kepemilikan properti oleh WNA. "Kita (warga negara Indonesia atau WNI) memang bisa beli properti di luar. Di Singapura misalnya. Syaratnya, harus (dalam kondisi bahwa ti...

Benarkah Properti Indonesia akan Bubble di tahun 2015 ini?

Apakah pasar properti menuju panic selling dan Bubble? Sebelum membahas ke sana, perlu flash back kepada jenis-jenis uang. Uang ada dua macam, uang kartal dan uang giral. Uang kartal maksudnya likuiditas, atau cash flow (arus kas). Dalam Rumah tangga, uang kartal disebut uang kertas tunai. Sedangkan uang giral berbentuk sertifikat tanah, deposito, saham, dan uang aset yang tidak berbentuk tunai. Nah, kondisi pasar Indonesia ini kekeringan uang kartal. Kekurangan uang yang beredar. Misalnya ada Rp 225 triliun dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang belum cair. Di DKI Jakarta saja, APBD sebesar Rp 70 triliun serapannya hanya 25 persen saja. Jadi, saat ini tidak seperti krisis moneter 1998, karena dana APBD Indonesia sehat. Apalagi dibandingkan Yunani. Coba lihat. Presiden Joko Widodo mendorong percepatan pembangunan kereta api cepat MRT dan LRT. Busway sekarang buatan Sweden. Terakhir, Indonesia beli barang Swedia itu Volvo. Salah satu Sedan ter...